Penting Membedakan Alergi dan Intoleransi

Beberapa orang pernah mengalami gejala atau keluhan setelah konsumsi suatu makanan, dan biasanya dianggap suatu alergi. Padahal, tidak semua gejala yang timbul setelah konsumsi makanan merupakan reaksi imunologis. Reaksi tubuh akibat makanan dapat bersifat imunologis dan non-imunologis. Reaksi yang bersifat imunologis dicirikan dengan dihasilkannya antibodi terhadap zat makanan tersebut, dan disebut sebagai alergi. Sedangkan pada reaksi yang bersifat non-imunologis tidak ada peran antibodi terhadap suatu zat, dan dinamakan sebagai intoleransi.

Alergi Makanan

Alergi makanan adalah kondisi dimana makanan yang dikonsumsi menyebabkan respons imun terhadap makanan tersebut. Zat yang menyebabkan respons imun tersebut disebut sebagai alergen.

Respons imun yang terjadi yaitu, ketika alergen masuk ke dalam tubuh, tubuh akan mendeteksi zat tersebut sebagai sesuatu yang berbahaya, sehingga tubuh bereaksi dengan menghasilkan antibodi, yaitu IgE, yang spesifik terhadap alergen tersebut. Antibodi IgE yang dihasilkan tersebut akan menyebar ke seluruh tubuh, salah satunya ke kulit. Di kulit antibodi IgE akan diikat oleh sel-sel imun di kulit, dan menyebabkan dihasilkannya berbagai zat mediator kimiawi. Zat mediator ini akan menyebabkan berbagai gejala yang disebut sebagai allergy reaction tipe cepat, misalnya biduran, gatal, dan bengkak. Masalah ini juga dapat menimbulkan gejala pada organ lain, seperti pilek, bersin, mual, atau sakit perut.

Siapa yang bisa mengalami reaksi imunologis terhadap makanan?

Pada dasarnya semua orang bisa mengalami respon imun terhadap makanan, namun lebih sering pada bayi dan anak-anak. Sekitar 6% anak usia 0-5 tahun memiliki alergi makanan, sedangkan pada dewasa sekitar 1-2%. Gejala ini biasanya muncul pertama kali saat mulai mengenalkan makanan ke anak, dan risiko akan lebih tinggi pada orang yang memiliki kondisi dermatitis atopik

Terkadang masalah ini bisa menghilang sendiri seiring bertambahnya usia, biasanya yaitu reaksi imunologis terhadap susu, telur, kedelai, dan gandum. Sedangkan reaksi imunologis terhadap kacang tanah, kacang pohon, ikan, dan makanan laut seringnya bertahan hingga dewasa. Namun hal ini tidak selalu terjadi, dan setiap orang dapat memiliki reaksi imunologis yang berbeda di usia yang berbeda.

Intoleransi Makanan

Intoleransi makanan adalah kondisi dimana terjadi masalah dalam mencerna makanan yang dikonsumsi. Kondisi ini tidak menimbulkan respons imun terhadap tubuh, dan tidak ada antibodi yang dihasilkan terhadap zat tersebut

Kondisi intoleransi bisa disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya yaitu karena kekurangan (defisiensi) enzim pencernaan, contohnya yaitu intoleransi laktosa (lactose intolerance). Pada lactose intolerance, tubuh mengalami defisiensi dari enzim laktase, yaitu enzim yang berfungsi untuk mencerna laktosa yang terkandung dalam produk susu. Defisiensi ini bisa disebabkan oleh faktor genetik atau faktor usia. Tidak adanya enzim laktase menyebabkan laktosa mengendap lama dalam sistem pencernaan, sehingga menyebabkan berbagai keluhan seperti mual, kembung, sakit perut, diare, dll.

Selain defisiensi enzim, intoleransi juga bisa disebabkan oleh reaksi alami tubuh terhadap bahan-bahan kimia yang terkandung dalam makanan, atau karena adanya masalah/penyakit pada sistem pencernaan.

Cara Deteksi Alergi / Intoleransi

Kita dapat membedakan apakah suatu reaksi tertentu merupakan reaksi imunologis atau bukan dengan cara pemeriksaan yang detail mengenai riwayat makanan yang dikonsumsi serta gejala dan keluhan yang timbul. Hal ini dapat dibantu oleh dokter yang terlatih dalam menangani kasus tersebut.

Jika dicurigai suatu hal tersebut, maka dapat dilakukan uji untuk membuktikan adanya suatu reaksi imunologis terhadap makanan, salah satunya yang sering dilakukan dan terstandard secara internasional yaitu allergy skin test dengan metode skin prick test. Uji ini relatif singkat (20-30 menit) dan relatif tidak nyeri. Allergy skin test dapat mendeteksi masalah tersebut secara cepat yang disebabkan tidak hanya oleh makanan, namun juga oleh zat hirup, misalnya tungau debu rumah, jamur, bulu binatang, dan serangga.

Baca juga: Efek ASA terhadap Infertilitas

Kesimpulan

Alergi dan intoleransi makanan dapat menimbulkan gejala dan keluhan yang mirip, namun keduanya merupakan kondisi dengan prinsip yang berbeda dan cara penanganan yang berbeda. Jika mengalami gejala atau keluhan setelah konsumsi makanan, konsultasikanlah ke dokter untuk diperiksa lebih lanjut. Jika dicurigai suatu reaksi imunologis, dokter biasanya akan mengarahkan untuk dilakukan pemeriksaan Allergy Test, salah satunya dengan allergy skin test (skin prick test).

Baca juga: 5 Penyebab dan Cara Mengatasi Hematospermia

Related Articles

Responses

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *